A. Penjelasan Judul Karya Tulis ini berjudul Merawat Ikan Hias Agar Sehat dan Bermanfaat apabila kata-kata tersebut diuraikan dan diartikan satu persatu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, maka berarti: Merawat berarti memeliharakan; menjaga; mengurus. Ikan berarti binatang yang hidup di air dan bernapas menggunakan insang. Hias berarti indah atau cantik. Agar berarti supaya. Sehat berarti keadaan tubuh segar tak terasa sakit apapun. Dan berarti penghubung satuan ujaran (kata, frase, klausa, dan kalimat yang setara) Bermanfaat berarti ada manfaatnya; berguna; berfaedah. Apabila kata-kata tersebut digabungkan maka judul Karya Tulis ini berarti memeliharakan binatang yang hidup di air dan bernapas menggunakan insang serta indah (ikan hias) supaya keadaan tubuhnya tidak sakit dan ada manfaatnya.
B. Alasan Pemilihan Judul Alasan Penulis memilih judul ini agar seluruh pembaca yang membaca Karya Tulis ini dapat mudah tertarik dan membaca isi dari Karya Tulis ini. Penulis juga memilih judul ini dikarenakan oleh beberapa sebab, contohnya: mengingat fungsi ikan hias untuk dinikmati keindahannya, maka pengelolaan kesehatannya sangat penting. Kondisi ikan hias yang tidak sehat atau sakit jelas akan berdampak pada keindahannya. Keindahan ikan hias akan berkurang, bahkan hilang sama sekali. Jika keadaan ini terjadi, nilai ekonominya pasti akan turun. Jadi, Penulis akan memberikan informasi tentang penyakit pada ikan hias, penyebab penyakit tersebut, upaya pencegahan, dan langkah-langkah pengobatannya supaya pembaca dapat mengembalikan kondisi ikan hias yang seperti semula. Dengan Penulis memilih judul ini, Penulis sangat berharap agar seluruh pembaca yang membaca Karya Tulis ini menjadi tertarik untuk selalu membacanya dan tidak bosan dengan Karya Tulis ini.
C. Langkah-langkah Penulisan Pengumpulan data atau informasi memang sangat diperlukan sekali oleh Penulis dalam penyusunan Karya Tulis ini. Dengan adanya data-data atau informasi tersebut, maka Penulis dapat menjelaskan tentang suatu masalah dengan jelas dan lengkap. Oleh karena itu, untuk menjelaskan suatu masalah agar dapat menyusun Karya Tulis ini dengan baik, Penulis membaca dan mendapatkan data atau informasi dari studi pustaka. Penulis juga mencari data atau informasi menggunakan jasa pelayanan internet supaya Karya Tulis ini lebih baik dan lengkap.
BAB II
MERAWAT IKAN HIAS AGAR SEHAT DAN BERMANFAAT
A. Pentingnya Kesehatan Ikan Hias Kesehatan ikan hias sangat penting untuk diperhatikan. Dengan pengelolaan kesehatan yang benar, ikan hias yang dipelihara akan senantiasa sehat dan dapat dinikmati keindahannya. Sebaliknya, jika ikan hias mengalami gangguan kesehatan, untuk mengembalikan kondisinya seperti semula tidak memerlukan waktu dan dana yang sedikit. 1. Pengelolaan Kesehatan Ikan Hias Untuk itu, agar ikan hias tidak mudah mengalami gangguan kesehatan, upaya pencegahan penting dilakukan sejak dini. Mencegah akan jauh lebih baik daripada mengobati. Upaya pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara merangsang timbulnya kekebalan tubuh pada ikan (immunostimulan) yang dapat dilakukan dengan memberikan vaksin pada ikan. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan menjaga wadah budidaya dan kualitas air. Jika kegiatan ini dilakukan, kesehatan ikan akan tetap terjaga. Dengan demikian, pencegahan penyakit praktis tidak memerlukan banyak waktu dan dana. Upaya pengobatan biasanya tidak menyelesaikan masalah secara tuntas, karena upaya pengobatan tidak dapat menyelamatkan semua ikan yang terinfeksi oleh penyakit. Sementara itu, penggunaan obat secara terus menerus dapat berakibat buruk pada lingkungan hidup ikan dan tubuhnya. Selain itu, upaya pengobatan jelas membutuhkan biaya yang tidak sedikit karena harga untuk ikan yang ada di pasaran relatif tidak murah. Kondisi ikan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu keadaan pada ikan yang tidak menunjukkan adanya kelainan, baik fisik maupun perilakunya. Penampilan fisik ikan yang sehat terlihat bugar dan sisiknya berwarna cerah. Sementara itu, perilakunya tampak gesit dan menunjukkan nafsu makan yang cukup tinggi. Sebaliknya, ikan yang sakit menunjukkan suatu keadaan pada ikan yang sedang mengalami gangguan atau kelainan, baik fisik maupun perilakunya. Gangguan fisik dapat berupa luka akibat gesekan antar ikan, insang membusuk, dan sisik tampak kusam. Sementara itu, ciri kelainan pada perilaku, antara lain: ikan suka menyendiri, gerakannya lemah, cenderung berada di permukaan air, dan nafsu makannya menurun. 2. Gangguan Penyakit dan Gejalanya Pada Ikan Hias Gangguan penyakit pada ikan hias dapat bersifat akut dan kronis. Akut berarti penyakit tersebut menunjukkan sifat serangan yang cepat dan serangannya cukup mematikan. Penyakit akut disebabkan oleh virus. Dampak dari serangan ini lebih banyak ditunjukan oleh adanya kelainan perilaku dibandingkan dengan kelainan pada penampilan fisik. Gangguan penyakit yang bersifat akut juga dapat disebabkan oleh perubahan lingkungan. Contohnya, perubahan suhu yang ekstrem, kurangnya kadar oksigen yang terlarut, pH yang terlalu tinggi, dan tingginya kandungan amonia di perairan. Sedangkan penyakit yang bersifat kronis biasanya ditunjukkan dengan sifat serangan yang lambat. Gejala penyakit atau kematian akan berlangsung secara perlahan dan meningkat dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Penyakit yang bersifat kronis ini disebabkan oleh penyakit infeksi, seperti parasit, bakteri, dan jamur. Namun, bisa juga disebabkan oleh pemberian pakan yang tidak tepat yang menyebabkan kekurangan protein. Gejala ikan yang sedang sakit dapat diamati melalui perubahan yang terjadi pada ikan. Gejala yang berlaku secara umum dan terjadi hampir pada semua jenis ikan ini meliputi kelainan pada tubuh atau perilaku umum yang menunjukkan ikan menderita suatu penyakit.
Berikut ini beberapa gejala dan penyebab penyakit pada ikan.
No Gejala penyakit pada Ikan Penyebab 1. Kelainan pada tulang belakang (bengkok), scoliosis, lordosis Penyakit keturunan Infeksi parasit Infeksi bakteri atau virus Kekurangan vitamin 2. Kelainan pada rahang atas atau bawah Infeksi parasit Kelainan kelenjar tiroid 3. Perut gembung (dropsy) Bacterial Hemorrhagic Septicaemia Viral Hemorrhagic Septicaemia 4. Rontok sirip Infeksi bakteri Infeksi parasit Sifat air terlalu basa 5. Sisik kasar Infeksi bakteri Air terlalu asam 6. Ikan kurus Tuberkulosis Infeksi parasit 7. Pendarahan (hemorrhage) Bekas infeksi parasit Infeksi bakteri 8. Mata menonjol Infeksi bakteri Tuberkulosis Infeksi virus Infeksi cacing 9. Insang pucat Infeksi bakteri Infeksi virus 10. Insang rontok Infeksi bakteri Infeksi parasit Kualitas air 11. Luka pada daging Infeksi bakteri Infeksi parasit 12. Pendarahan dan bengkak pada anus Infeksi bakteri Infeksi virus Octomitus (patogen dari jenis protozoa) 13. Frekuensi pernapasan cepat Infeksi bakteri Infeksi parasit 14. Tonjolan seperti bunga kol di rahang Infeksi virus 15. Tonjolan kecil di daerah dekat sirip Infeksi virus (Lymphocystis) 16. Tutup insang selalu terbuka Infeksi bakteri Parasit Dactylogyrus
Cara lain untuk mengetahui kondisi ikan sakit dapat dilakukan dengan mengamati secara teratur berbagai perubahan yang terjadi di lingkungan perairan. Perubahan tersebut meliputi perubahan suhu dan kualitas air, seperti kekeruhan air. Semakin cepat perubahan tersebut teramati, tindakan tepat untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada ikan lebih cepat teratasi. Dengan demikian, ikan hias dapat tumbuh dan berkembang lebih baik. Untuk itu, ikan hias memerlukan faktor-faktor penunjang kesehatannya. Faktor-faktor inilah yang akan membuat ikan hias dapat bertahan hidup lebih lama. 3. Faktor-Faktor Penunjang Kesehatan Ikan Hias Faktor-faktor penunjang kesehatan ikan hias merupakan bagian dari prinsip pengelolaan kesehatan ikan hias. Prinsip ini meliputi pengelolaan kebersihan wadah, pengelolaan kualitas air, pengelolaan pakan, dan pengaturan jumlah kepadatan ikan. Secara umum, prinsip pengelolaan kesehatan ikan hias dapat diterapkan dengan cara sebagai berikut. a. Menjaga kualitas air agar tetap pada kondisi prima, meliputi kandungan oksigen, pH, suhu, dan kesadahan (hardness). b. Menjaga wadah budi daya ikan hias seperti kolam, bak, atau akuarium tetap bersih dan terawat. c. Menghindari penggantian air yang mendadak, sebaiknya dilakukan secara bertahap dalam kurun waktu yang tidak terlalu singkat. d. Menjaga tingkat kepadatan ikan atau supaya padat tebar supaya tidak terlalu tinggi. e. Memberikan pakan dengan tepat, baik tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, maupun tepat ukuran. f. Mengusahakan penanganan ikan secara hati-hati, baik waktu penangkapan,seleksi, pengangkutan, maupun penanganan pasca-angkut. g. Memberikan rangsangan kekebalan tubuh pada ikan menggunakan vaksin.
B. Berbagai Faktor Penyebab Penyakit Pada Ikan Hias Penyakit pada ikan hias dapat muncul akibat adanya faktor-faktor yang tidak sesuai dengan syarat hidup ikan. Jika hal ini tidak mendapat perhatian yang serius akan merugikan kesehatan ikan dan mengakibatkan kematian. Berbagai faktor penyebab penyakit pada ikan hias dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Padat Tebar Ikan Tinggi Padat tebar tinggi secara tidak langsung akan menyebabkan penyakit karena resiko terjadinya gesekan antar ikan sangat tinggi. Gesekan ini menyebabkan ikan terluka. Sementara itu, luka pada ikan akan diikuti oleh tumbuhnya jamur. Gesekan antar ikan juga sering menyebabkan menularnya penyakit kulit. Penyakit kulit pada ikan penderita dapat menular dengan mudah ke ikan yang sehat. Akibatnya, ikan menjadi sakit dan kesehatannya terganggu. Untuk menghindari terjadinya gesekan antar ikan, cara yang dapat dilakukan yaitu dengan mengatur jumlah kepadatan ikan dalam wadah pemeliharaan atau wadah budi daya. Sebagai pedoman, dapat digunakan beberapa batasan padat tebar sebagai berikut :
Volume Air dan Aerasi Cukup (liter) Ukuran Ikan (cm) Jumlah Ikan (ekor) Wadah 1 1 2-3 Akuarium 1 1 5 Bak tembok 1 2 1 Akuarium 1 2 2 Bak tembok 2 3 1 Akuarium 1 3 1 Bak tembok 5 4 1 Akuarium 2 4 1 Bak tembok 2 5 1 Akuarium 2 5 2 Bak tembok 4 5-8 1 Akuarium 2 5-8 1 Bak tembok
2. Pemberian Pakan Tidak Tepat Secara tidak langsung, pemberian pakan yang tidak tepat dapat menyebabkan penyakit. Tanpa disadari, pemberian pakan yang terlalu banyak tidak sepenuhnya dimakan ikan. Akibatnya, sisa-sisa pakan mengendap di dasar perairan. Padahal jenis pakan seperti pelet, bila terlalu lama mengendap didasar perairan akan mengalami proses pembusukan oleh bakteri pengurai. Akibatnya, air menjadi keruh, daya ikat air terhadap oksigen berkurang dan kadar oksigen terlarut dalam air menurun. Sehingga ikan akan kesulitan bernapas. Selain itu, pembusukan pelet didasar perairan akan menghasilkan bahan pencemar berupa zat amonia yang bersifat racun dan sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup ikan. Keadaan ini akan mempercepat timbulnya penyakit pada ikan dan pengaruh lainnya ikan bisa menjadi stres. Pemberian pakan yang berlebihan juga menyebabkan ikan terus memakan makanannya sehinga jumlah kotoran yang dihasilkan (feces) bertambah banyak. Hal itu mengakibatkan perairan menjadi keruh dan meningkatkan kadar amonia dalam air. Akibatnya, seperti yang telah dijelaskan tadi, lama-lama ikan menjadi stres. Pemberian pakan yang terlalu sedikit pun sebaiknya dihindari karena ikan menjadi agresif akibat kelaparan. Ikan yang lapar cenderung menyerang ikan lain. 3. Wadah Pemeliharaan Kotor Wadah pemeliharaan yang kotor berpengaruh terhadap gangguan kesehatan ikan hias. Penyebab wadah kotor biasanya lumut yang tumbuh. Kondisi seperti ini, secara tidak langsung menjadi sumber penyakit karena lumut tempat bersarang patogen. Selain itu, lumut juga menyebabkan air cepat kotor sehingga kualitasnya menurun. Membersihkan wadah pemeliharaan atau wadah budi daya sangat penting dilakukan untuk menunjang kondisi lingkungan yang ideal bagi kelangsungan hidup ikan. Dengan lingkungan yang sesuai, kesehatan ikan lebih terjaga. a. Akuarium Akuarium dibersihkan dengan cara menguras airnya. Pengurasan air bisa menggunakan gayung atau sifon (selang plastik penyedot air). Menguras air dengan menggunakan sifon lebih praktis dan efisien dibandingkan dengan gayung karena menguras air dengan penyifonan tidak banyak mengeluarkan tenaga dan tidak mengganggu ketenangan air sedangkan menguras dengan gayung banyak menimbulkan goyangan permukaan air yang mengganggu ikan. Membersihkan akuarium juga bisa dilakukan dengan tidak mengosongkan airnya. Cara ini dilakukan dengan menggosok kotoran yang menempel di kaca menggunakan alat pembersih kaca bermagnet. Pembersihan dilakukan secara hati-hati agar tidak mengganggu aktivitas ikan dalam akuarium. Agar kualitas air tetap baik, sepertiga air akuarium dibuang dengan cara disifon. Setelah itu, ditambahkan air baru untuk menggantikan air yang dibuang tadi. b. Kolam atau Bak Sebaiknya, kolam atau bak dibersihkan jika sudah ditumbuhi lumut, air terlihat keruh, dan terdapat endapan lumpur di dasar perairan. Pembersihan kolam dapat dilakukan secara berkala. Rentang waktunya diatur dan disesuaikan dengan kondisi kejernihan air. Contohnya, seminggu sekali, sebulan sekali, atau tiga bulan sekali. Air kolam yang akan dibersihkan, dikuras terlebih dahulu. Untuk membersihkan lumut, dasar dan dinding kolam disikat hingga bersih. Lumut harus dibersihkan agar tidak menjadi sarang patogen yang sering menjadi sumber penyakit ikan. 4. Kualitas Air Buruk Sebagai media hidup bagi ikan fungsi air sangat vital. Karena itu, air harus terjaga dengan baik. Jika kualitas air tidak baik akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan ikan. Suhu air tidak sesuai, pH air yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, kesadahan air tidak tepat, dan banyaknya bahan pencemar yang masuk ke dalam wadah budidaya merupakan indikator kualitas air yang buruk. Setiap ikan hias memerlukan kualitas air yang sesuai dengan karakternya. Beberapa ikan hias menyenangi air yang bersuhu hangat, yakni 26-27 oC. Contohnya, ikan jenis siklid, seperti louhan, manvis, dan discus; ikan hias jenis karper, seperti koi dan maskoki; serta ikan hias jenis lele-lelean. Sementara itu, jenis ikan hias lain menyenangi suhu yang lebih rendah daripada kisaran suhu yang diperlukan oleh jenis siklid. 5. Penanganan Ikan Kurang Baik Penanganan ikan hias harus dilakukan secara hati-hati, karena ikan mudah stres. Penanganan ikan meliputi : a. Penanganan Ikan Saat Ditangkap Saat ditangkap, sebaiknya ikan tidak dibiarkan terlalu lama di luar air karena akan kekurangan oksigen. Meskipun hanya sebentar, perlakuan seperti ini cukup beresiko. Seringkali pembudidaya juga menggunakan alat penangkap ikan secara sembrono. Alat penangkap ini umumnya berupa seser atau scope net. Jika seser yang digunakan terbuat dari bahan nilon tipis, sangat beresiko melukai sisik ikan. Sisik akan terkelupas dan menimbulkan luka. Ikan yang terluka akan mudah terinfeksi bakteri dan jamur. b. Penanganan Ikan Sebelum Diangkut Penanganan ikan sebelum diangkut dilakukan dengan cara memberokkan ikan terlebih dahulu. Pemberokan dilakukan dengan cara membiarkan ikan di dalam air dan tidak memberinya makanan. Pemberokan sebaiknya dilakukan di air yang mengalir karena kesegarannya relatif lebih baik dibandingkan dengan air menggenang. Pemberokan bertujuan untuk mengurangi kotoran ikan saat pengangkutan. Kotoran ikan yang terlalu banyak dan terlalu lama mengendap akan membusuk sehingga menghasilkan zat amonia dan menyebabkan berkurangnya oksigen di dalam air. Jika keadaan ini terjadi, kesehatan ikan akan terganggu. c. Penanganan Ikan Saat Diangkut Suhu air untuk mengangkut ikan tidak boleh terlalu panas karena oksigen di dalam air cepat habis. Keadaan seperti ini akan mengganggu kesehatan ikan. Hal ini berlaku bagi semua jenis ikan. Suhu air ideal yang dibutuhkan saat pengangkutan sekitar 25 oC. Jika suhu air lebih tinggi dari 25 oC, proses metabolisme ikan menjadi lebih cepat sehingga oksigen cepat berkurang. Sebaiknya, kantung pengangkutan diisi oksigen terlebih dahulu agar selama pengangkutan ikan tidak kekurangan oksigen. d. Penanganan Ikan Pasca-angkut Salah faktor yang sering terabaikan oleh banyak orang adalah pasca-angkut. Penanganan pasca-angkut yang tidak tepat dapat membuat ikan stres. Sebab, ikan mengalami perubahan suhu yang ekstrem dari kondisi air semula. Penanganan pasca-angkut yang sering terabaikan adalah tidak adanya proses aklimatisasi ketika melepas ikan yang baru dating ke media pemeliharaannya yang baru. Padahal, proses aklimatisasi mutlak diperlukan untuk mencegah ikan stres. Berikut ini beberapa tahap penanganan ikan pasca-angkut : 1) Penyesuaian suhu Ikan yang masih ada dalam wadah angkut dibiarkan di atas permukaan air. Tujuannya untuk memberikan kesempatan pada ikan untuk menyesuaikan diri dengan suhu lingkungan yang baru. 2) Penyesuaian kualitas air Penyesuaian kualitas air harus dilakukan untuk menjaga kelangsungan hidup ikan. Kualitas air di tempat asal ikan dan ditempat yang baru tentu tidak sama. Karena itu, proses penyesuaian terhadap kualitas air di tempat yang baru harus dilakukan dengan cara, setelah kantung plastik atau wadah angkut dibuka secara perlahan, sedikit demi sedikit air dari tempat yang baru dimasukkan ke dalam kantung plastik. Volume air dari tempat asal cukup setengah dari kantung plastik, sementara setengahnya lagi berasal dari tempat yang baru. Lebih banyak air yang ditambahkan dari tempat yang baru, kondisi airnya menjadi semakin baik. Perlakuan ini akan mempercepat proses adaptasi ikan terhadap kondisi air yang baru. Jika langkah di atas telah dilakukan, ikan sudah dapat dilepas ke tempat atau wadah yang baru. C. Penyakit Pada Ikan Hias Sesuai dengan sifatnya penyakit maka dapat digolongkan menjadi dua : penyakit infektif dan penyakit non-infektif. Penyakit infektif disebabkan suatu organisme hidup atau patogen. Organisasi patogen penyebab penyakit pada ikan dibagi menjadi empat kelompok besar, yakni parasit, jamur, bakteri, dan virus. Sedangkan penyakit non infektif adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan non patogen seperti nutrisi (makanan), kualitas air, bahan toksik, dan genetik. 1. Penyakit Infektif a. Penyakit Akibat Infeksi Parasit Parasit adalah organisme yang hidup menumpang pada organisme lain. Organisme ini mengambil bahan makanan dan energi dari organisme yang ditumpanginya (inang) untuk memenuhi kebutuhan metabolismenya. Inang akan sakit akibat pertumbuhannya terhambat oleh parasit. Parasit pada ikan hias berupa organisme dari golongan protoza, sporoza, helmint, dan crustacea. Protozoa merupakan organisme bersel satu yang berkembang biak dengan cara membelah diri. Sporozoa merupakan organisme bersel satu, tetapi perkembangbiakannya dengan cara membentuk spora. Jika sudah menginfeksi ikan, kedua organisme ini cukup sulit dikendalikan karena proses perkembangbiakannya ini relatif cepat. Serangan penyakit ini akan cepat menjalar ke bagian tubuh lain atau menular pada ikan lain. Helmint merupakan organisme dari keluarga cacing. Helmint termasuk jenis hewan hermaprodit, sehingga penyebarannya di dalam inang tidak secepat protozoa dan sporozoa. Berikut ini beberapa penyakit akibat infeksi parasit : 1) Penyakit Bintik Putih (White Spot) Penyakit yang sering disebut dengan white spot ini disebabkan oleh Ichthyophthirius multifiliis, yakni sejenis binatang renik bersel satu. Kasus infeksinya lebih sering terjadi jika padat tebar tinggi dengan suhu air rendah di bawah 25 oC. penyakit bintik putih dapat menginfeksi hampir segala jenis ikan hias air tawar, terutama botia, guppy, tetra, dan lele-lelean (catfish). Beberapa gejala klinis awal yang timbul pada ikan yang terinfeksi adalah sering memisahkan diri dari kelompok, cenderung berenang dan berkumpul di saluran pemasukan air (inlet), dan mulai menggosokkan tubuhnya ke dasar wadah pemeliharaan. Gejala yang khas dari serangan penyakit ini adalah adanya bercakputih yang biasanya terdapat di kulit, sirip, dan insang. Karenanya, penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan penyakit bintik putih (white spot). Penyakit bintik putih bisa menyebabkan kerusakan jaringan di tempat infeksi parasit, seperti kerusakan pada sel-sel lapisan luar kulit, sirip, dan insang. Padahal, fungsi lapisan sel tersebut adalah sebagai alat pertahanan tubuh ikan yang paling luar. Jika ini terjadi, ikan mudah terinfeksi bakteri, jamur, atau virus. Penyakit ini dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan air dan wadah pemeliharaan serta mempertahankan suhu air pada kisaran 28-30 oC. secara teknis, pengobatan penyakit bintik putih dilakukan dengan cara merendam ikan yang sakit di dalam larutan formalin 25 ppm (25cc/1.000 liter) yang dicampur dengan Malachite Green Oxalate (MGO) 0,15mg/l selama 24 jam. Selain itu, perendaman juga dapat dilakukan dengan menggunakan larutan garam dapur dengan dosis 20.000-25.000 mg/l selama 15-30 menit. Cara ini dapat diulang maksimum hingga tiga kali ulangan. 2) Penyakit Trichodiniasis Penyakit ini disebabkan oleh Trichodina sp. Parasit ini banyak menyerang ikan fase benih, terutama ketika ikan sedang dalam kondisi stres akibat kepadatan yang terlalu tinggi, penanganan yang kurang sempurna, dan pemberian pakan yang kurang tepat. Parasit ini menginfeksi hampir semua jenis ikan hias. Pada infeksi ringan, parasit dalam tubuh ikan hanya sedikit dan pada kondisi seperti ini, penyakit ini tidak berbahaya. Namun, pada infeksi berat, jumlah parasit dalam tubuh ikan menjadi banyak. Pada kondisi seperti ini dapat menimbulkan kematian pada ikan. Ikan yang terinfeksi biasanya menampakkan gejala menggosokkan tubuhnya ke dasar atau dinding wadah pemeliharaan. Ikan yang terinfeksi akan terkena iritasi akibat sel epitelnya (sel-sel terluar dari tubuh ikan) rusak. Akibatnya, ikan mudah terinfeksi penyakit lain, seperti jamur, bakteri, atau virus yang merupakan infeksi kedua. Jika menginfeksi insang, sel epitel insang ikan akan rusak, sehingga penyerapan oksigen akan terganggu. Sementara itu, dampak lain yang timbul pada ikan adalah produksi lender di bagian kulit dan insang akan berlebih. Penyakit ini dapat dicegah dengan cara penanganan ikan secara tepat, seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara merendam ikan di dalam Acriflavin dosis 3 mg/l air selama 15-30 menit yang dilakukan dalam bak atau wadah penampungan. Secara umum, cara pengobatan yang diterapkan untuk mengatasi parasit Ichthyophthirius sp. Juga efektif untuk mengatasi infeksi penyakit Trichodiniasis. 3) Penyakit Tetrahymena Penyakit tetrahymena disebabkan oleh tetrahymena pyriformis. Parasit ini dapat menginfeksi kulit dan sirip. Patogen ini menyerang dengan cara menempel di kulit atau insang ikan. Jika dilihat menggunakan mikroskop, bentuk organisme ini tampak seperti buah pir. Penyakit ini sebenarnya tidak begitu berbahaya. Namun, jika ikan sedang dalam kondisi sangat lemah, penyakit ini bisa menyebabkan kematian. Ikan yang terinfeksi tetrahymena pyriformis akan menggosok-gosokkan tubuhnya ke dasar atau dinding wadah pemeliharaan. Ikan akan terlihat sering mengibas-ibaskan siripnya dan kulitnya menjadi lebih gelap. Jika menginfeksi insang, frekuensi bernapasnya bertambah cepat. Penyakit ini bisa dicegah dengan menjaga kebersihan wadah pemeliharaan dan menjaga kualitas air. Ikan yang terinfeksi dapat diobati dengan cara merendamnya di dalam larutan Acriflavin dosis 3 mg/l air selama 15-30 menit. 4) Penyakit Costiasis Penyakit ini disebabkan oleh Costia necatrix, berupa parasit yang mempunyai bulu cambuk sebagai alat geraknya. Jika dilihat menggunakan mikroskop, bentuknya seperti kacang kedelai. Dalam keadaan menempel di kulit akan terlihat seperti buah pir. Parasit ini akan menempelkan dirinya ke tubuh inang dan akan menghisap cairan tubuh ikan inang. Intensitas serangan yang tinggi dapat mengakibatkan kematian 5-25% ikan hias selama empat minggu pertama. Intensitas serangan semakin menurun sejalan dengan umur ikan. Penyebabnya, semakin bertambah umur ikan, tingkat kekebalannya semakin meningkat. Ikan yang berada di arus lemah lebih mudah terinfeksi parasit ini, karena dalam arus lemah parasit mudah menginfeksi ikan. Sebaliknya, parasit akan kesulitan menginfeksi ikan yang dipelihara di air yang berarus deras, sebab parasit akan terhalang oleh arus yang kuat. Umumnya ikan yang berukuran besar memiliki kekebalan yang cukup tinggi terhadap parasit jenis ini. Ikan yang terinfeksi parasit Costia necatrix ini, cenderung akan menyendiri, warna kulitnya kusam; gerakannya mendadak, cepat, dan kurang seimbang sehingga terlihat seperti (flashing). Umumnya, flashing terlihat jelas dan kontras pada pagi atau sore hari. Gejala lainnya, ikan terlihat sering menggosokkan tubuhnya ke benda-benda keras yang ada di sekitarnya. Pada infeksi berat, ikan akan mengalami pendarahan dan luka di bagian kulit. Pencegahan bisa dilakukan dengan cara menenmpatkan ikan di dalam media yang bersuhu 30 oC. pada suhu ini, metabolisme ikan berjalan cepat sehingga meningkatkan nafsu makannya. Akibatnya, ikan menjadi sehat dan tidak mudah terinfeksi parasit tersebut. Selain itu, pada suhu 30 oC aktivitas parasit akan menurun. Ikan yang terinfeksi parasit ini bisa diobati dengan memberikan satu tetes iodine dari larutan stok untuk setiap 5 liter air. Larutan stok dibuat dari 0,5 mg iodine yang dilarutkan di dalam 100 ml air. Selain itu, pengobatan juga dapat dilakukan dengan merendam ikan didalam larutan Methylene Blue dosis 3 mg/l selama 24 jam, larutan formalin dosis 10-15 mg/l selama 24 jam atau lebih. 5) Penyakit Gembil (Myxoboliasis) Penyakit gembil disebabkan oleh Myxobolus koi. Parasit ini sering menginfeksi ikan jenis koi maupun koki. Biasanya, parasit ini berupa bawaan kolam pendederan yang telah terinfeksi. Dalam kolam pendederan, parasit sudah berkembang menjadi stadium yang dapat menginfeksi ikan usia muda. Selain itu, terkait juga dengan umur ikan yang masih muda sehingga kekebalan tubuhnya masih rendah. Infeksi penyakit gembil banyak terjadi pada ikan ukuran kecil. Parasit ini akan menginfeksi ikan ketika berbentuk spora atau sedang berada dalam fase perkembangan. Parasit ini menempatkan diri di dalam lembar insang dan dilapisi oleh jaringan pengikat sehingga membentuk kista (cyste). Pada infeksi ringan, ikan menunjukkan gejala megap-megap. Pada infeksi berat, tampak bintil berwarna putih kemerahan yang banyak terdapat di insang, sehingga tutup insang akan selalu terbuka. Akibatnya, ikan akan kekurangan oksigen. Jika dibiarkan berlarut-larut, ikan akan mati. Kematian yang ditimbulkan bisa mencapai 90% dari populasi. Parasit ini sangat sulit diberantas menggunakan obat-obatan. Jadi, lebih baik mencegah infeksi parasit ini dengan menerapkan pengelolaan kesehatan ikan hias secara benar seperti yang telah diulas sebelumnya. 6) Penyakit Paser atau Anak Panah (Lernaeosis) Penyakit ini disebut dengan paser atau anak panah karena bentuk parasitnya menyerupai anak panah yang menancap di tubuh ikan. Penyebab penyakit ini adalah Lernaea cyprinaceae. Ikan yang terinfeksi biasanya dari golongan guppy, koi, dan koki. Bagian tubuh ikan yang biasa terinfeksi adalah badan, tutup insang, dan pangkal sirip. Parasit tersebut menginfeksi ikan dari stadium copepodid atau stadium perkembangan kedua dari siklus hidupnya. Sementara itu, tahapan perkembangan atau siklus hidup ikan adalah telur, nauplius, copepodid, hingga cylopodid. Cylopodid akan berkembang menjadi bentuk dewasa. Gejala awal ikan yang terinfeksi parasit ini adalah menggosokkan tubuhnya bak atau akuarium. Jasad parasiter yang sudah dewasa akan menancap di bagian tubuh ikan menggunakan alat penempel berbentuk jangkar. Karena bentuk tubuhnya menyerupai cacing, parasit ini sering disebut dengan cacing jangkar (anchor worm). Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air agar tetap bersih dan segar. Sedangkan pengobatannya dapat dilakukan dengan merendam ikan di dalam wadah penampungan menggunakan Fenthion dengan dosis 0,25 mg/l air selama 24 jam atau dengan menggunakan formalin dosis 25 mg/l air selama 12-24 jam. Namun, obat-obat tersebut hanya dapat membentuk parasit pada stadium awal.
7) Penyakit Kutu Ikan (argulosis) Parasit ini dikenal sebagai penyakit kutu ikan (fish Lice). Kutu ini menyerang dengan cara menempel di kulit, tubuh, sirip, atau kornea mata. Ukuran parasit ini cukup besar sehingga dapat diamati dengan mata telanjang. Parasit ini tidak dapat hidup lama di luar tubuh inang. Pergerakannya sangat cepat karena didukung oleh alat gerak yang berbentuk seperti dayung. Ikan yang sering terinfeksi parasit ini berasal dari golongan siklid, termasuk louhan, koi, dan koki. Ikan yang terinfeksi akan bergerak seperti kesakitan dan menggosokkan tubuhnya ke dinding kolam atau akuarium. Lambat laun ikan akan menunjukan gejala pendarahan di bagian kulit dan pangkal sirip, pada infeksi berat, bekas gigitan atau tusukan di bagian tubuh ikan yang terinfeksi akan ditumbuhi jamur. Jika ikan terinfeksi bakteri, akan timbul luka. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air. Contohnya, dengan mengurangi kadar bahan organik dalam air yang dipakai. Caranya, bisa dengan sedimentasi atau filterisasi. Perlakuan ini dilakukan jika air yang digunakan berasal dari sungai atau perairan umum lainnya. Pengobatan dapat dilakukan dengan merendam ikan yang terinfeksi di dalam wadah penampung yang berisi larutan garam dapur 1,25% (1,25 gr/l) selama 10-15 menit. Selain itu dapat juga menggunakan larutan amonium klorida (NH4Cl) dengan dosis 1,5% dan lama perendaman 10-15 menit. b. Penyakit Akibat Infeksi Jamur (Mycosis) Beberapa jamur dapat menginfeksi ikan hias. Namun, sebenarnya ikan hanya dapat terinfeksi jamur jika penanganannya tidak tepat. Selain itu, jamur juga dapat menginfeksi okan jika air pemeliharaan yang digunakan tercemar bahan kimia atau pestisida. Bahan kimia ini mengakibatkan lendir dan kulit ikan terkikis atau iritasi sehingga kulitnya terluka. Faktor lain yang menyebabkan infeksi jamur adalah perubahan suhu air yang mendadak atau ekstrem. Pada saat mendekati matang kelamin atau matang gonad, ikan juga mudah terinfeksi jamur. Keadaan ini bisa terjadi akibat adanya pengaruh hormonal. Penyakit akibat infeksi jamur yang akan diulas di bawah ini di antaranya saprolegniasis, achlyosis, dan aphanomycosis. 1) Saprolegniasis Penyakit ini merupakan penyakit jamur pada ikan atau telur ikan yang disebabkan antara lain oleh jamur Achlya sp. dan saprolegnia sp. Pada umumnya jamur merupakan infeksi kedua pada ikan setelah penyakit primer yang menginfeksi berupa penyakit bakterial dan parasiter, selain itu infeksi jamur bisa juga terjadi pada ikan yang luka (stress fisik) karena penanganan kasar atau pengaruh kualitas air dan telur yang tidak dibuahi secara sempurna. Tanda ikan yang terserang penyakit ini pada permukaan tubuh ikan dipenuhi dengan pertumbuhan benang-benang putih seperti kapas putih atau coklat yang tumbuh pada kulit, sirip, insang mata dan telur ikan sehingga ikan akan terlihat kusam dan kadang-kadang berwarna kecokelatan. Jamur akan tumbuh menempel pada jaringan otot dibawah kulit. Pencegahan ditujukan untuk menghilangkan beberapa faktor penyebab infeksi jamur. Pencegahan dapat dilakukan dengan mempertahankan kualitas air dan melakukan penanganan ikan secara hati-hati. Selain itu, suhu air dinaikkan 18-30 oC atau mengganti air lama dengan air baru yang lebih segar. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara merendam ikan di dalam larutan kalium permanganat (PK) dosis 1gram/100 liter air selama 90 menit, Malachite Green Oxalat (MGO) dosis 0,15 mg/liter selama 24 jam, formalin 100-200 ml/m3 air selama 1-3 jam, garam dapur 10.000 mg/liter selam 20 menit. 2) Achlyosis Penyakit ini disebabkan oleh Achlya sp. Hampir semua jenis ikan hias air tawar termasuk telurnya rawan terhadap penyakit ini. Beberapa faktor yang mendukung timbulnya penyakit ini adalah penanganan yang kurang baik, suhu, dan oksigen (O2) terlarut yang rendah, serta kualitas telur yang buruk. Penyebaran penyakit ini terjadi melalui penyebaran spora dalam air. Kulit ikan akan terlihat kusam dan berwarna kecoklatan. Di bagian yang terinfeksi terlihat adanya benang-benang halus menyerupai kapas yang menempel di tubuh yang terluka yakni sekitar tutup insang dan di bagian pangkal sirip. Pencegahan ditujukan untuk menghilangkan beberapa faktor penyebab infeksi jamur. Pencegahan dapat dilakukan dengan mempertahankan kualitas air dan melakukan penanganan ikan secara hati-hati. Selain itu, suhu air dinaikkan 18-30 oC atau mengganti air lama dengan air baru yang lebih segar. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara merendam ikan di dalam larutan kalium permanganat (PK) dosis 1gram/100 liter air selama 90 menit, Malachite Green Oxalat (MGO) dosis 0,15 mg/liter selama 24 jam, formalin 100-200 ml/m3 air selama 1-3 jam, garam dapur 10.000 mg/liter selam 20 menit. 3) Aphanomicosis atau Epizootic Ulcerative Syndrom (EUS) Penyakit ini disebabkan oleh jamur Aphanomyces invadans, yakni patogen utama penyebab luka atau borok serius pada beberapa jenis ikan. Aphanomyces invadans, termasuk golongan Oomycetes dan merupakan jenis patogen obligat atau hanya dapat hidup dari tubuh inang. Penyakit ini terutama menyerang ikan hias jenis lele-lelean (cat fish), siklid, koi, dan koki. Secara kasat mata, penyakit ini ditandai adanya luka di bagian kulit. Luka tersebut berkembang menjadi borok yang melebar. Gejala lain, adanya kerusakan jaringan lebih lanjut yang ditunjukkan dengan adanya bintil-bintil kecil (granuloma) berwarna putih kemerahan. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan wadah budi daya atau wadah pemeliharaan. Contohnya, melakukan pengeringan, pengapuran, dan desinfeksi. Cara ini lebih efektif untuk mencegah serangan penyakit jamur. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara merendam ikan di dalam larutan kalium permanganat (PK) dosis 1gram/100 liter air selama 90 menit, Malachite Green Oxalat (MGO) dosis 0,15 mg/liter selama 24 jam, formalin 100-200 ml/m3 air selama 1-3 jam, garam dapur 10.000 mg/liter selam 20 menit. c. Penyakit Akibat Infeksi Bakteri Penyakit bakteri sering menjadi penyebab kematian ikan. Penyakit ini sangat berbahaya karena sering mengakibatkan tingginya angka kegagalan dalam usaha budi daya ikan, termasuk ikan hias. Apalagi, jika ikan yang dibudidayakan menggunakan air dari sumber perairan yang banyak mengandung bahan organik tinggi. Secara umum, gejala akibat infeksi bakteri pada ikan dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Peracute, ikan mengalami kematian tanpa menunjukkan gejala yang jelas. 2. Acute, ikan yang terinfeksi menunjukkan gejala klinis terutama pendarahan di bagian insang, anus, organ dalam, pangkal sirip, dan gembung perut. 3. Sub-acute, ikan yang terinfeksi mengalami gejala ringan seperti luka pada kulit. 4. Chronic, ikan yang terinfeksi mengalami gejala di bagian luar (eksternal) umumnya berupa borok. Sementara itu, di bagian dalam (internal) seperti infeksi Mycobacterium sp. dapat dijumpai binti-bintil kecil berwarna putih yang sering disebut dengan tubercle atau granuloma. Beberapa jenis penyakit akibat infeksi bakteri di antaranya berikut ini. 1) Penyakit Columnaris Penyakit columnaris disebabkan oleh bakteri dari golongan Mycobacteria. Salah satu spesies yang sering menginfeksi ikan hias air tawar adalah Flexibacter columnaris. Hampir semua jenis ikan hias dapat terinfeksi penyakit ini. Penyakit ini biasa menyerang ikan yang sedang stres akibat perubahan suhu yang mendadak. Suhu air ideal untuk menghindari infeksi penyakit ini adalah 27-30 oC. Ikan yang terinfeksi penyakit ini menunjukkan gejala luka di bagian kulit. Pada awalnya, luka di kulit berwarna pucat keputihan, lalu berkembang menjadi borok yang dalam. Warna ikan secara perlahan berubah menjadi lebih gelap, gerakannya lamban, dan akhirnya mati. Jika bakteri tersebut menginfeksi bagian insang, produksi lendir insang biasanya akan bertambah. Jika terus berlanjut, insang akan rontok. Selain itu, bakteri ini bisa juga merontokkan sirip ikan. Pencegahan terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan cara mempertahankan kualitas air agar tetap baik, menerapkan sanitasi wadah pemeliharaan, dan memberikan pakan yang tepat. Selain itu, perlu dilakukan aklimatisasi dan karantina ikan terhadap setiap ikan yang baru datang. Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa antibiotic, di antaranya Oxytetracyclin Hydrochlorid 5-10 mg/l air dengan cara merandamnya selama 24 jam. Selain itu, bisa menggunakan Enrofloxacin (Baytril) dosis 8-10 ml/m3 air dengan cara merendamnya selama 24 jam. 2) Penyakit Merah Bakteri Aeromonas hydrophila dan Pseudomonas sp. merupakan bakteri yang sering menginfeksi ikan hias air tawar. Hampir semua jenis ikan hias, terutama ikan hias air tawar dapat terinfeksi bakteri ini. Umumnya, penyakit ini hanya muncul jika penanganan ikan tidak tepat. Contoh penanganan yang tidak tepat antara lain : pemberian pakan terlalau banyak, kepadatan ikan terlalu tinggi, kualitas air kolam terlalu subur akibat banyaknya kandungan bahan organik, serta rendahnya kandungan zat asam. Banyaknya kandungan bahan organik sangat disukai bakteri. Warna ikan yang terserang penyakit ini menjadi lebih gelap, nafsu makan hilang, serta ikan lebih senang bergerombol di dekat saluran pembuangan. Selain itu, produksi lendir bertambah, tetapi lambat laun akan berkurang sehingga kulit ikan akan terasa kesat. Pendarahan timbul di bagian kulit dan pangkal sirip sehingga tubuh ikan menjadi kemerahan. Gejala pada infeksi lanjut akan timbul luka di bagian tubuh ikan. Jika ikan yang terinfeksi dibedah, akan terlihat pendarahan di bagian organ dalam, seperti hati, ginjal, limpa, dan gelembung renang. Selain itu, hati ikan tampak pucat. Pencegahan dapat dilakukan dengan menerapkan pengelolaan budi daya secara baik, mengurangi kesuburan air kolam atau bak, menjaga kebersihan kolam atau bak, dan memberi pakan secara tepat. Pengobatan dapat dilakukan menggunakan antibiotik, baik melalui suntikan, makanan, atau perendaman. Induk ikan yang ukurannya besar disuntik menggunakan Oxytetracyclin HCl 25-30 mg/kg ikan, diberikan sebanyak 3 kali penyuntikan dengan interval waktu 3 hari sekali. Pemberian antibiotik melalui pakan menggunakan obat yang sama dan dosisnya 50 mg/kg ikan, diberikan selama 7-10 hari berturut-turut. Perendaman juga dapat dilakukan dengan Oxytetracyclin HCl dosis 5-10mg/l air selama 1 hari. 3) Penyakit Tuberkulosis (Mycobacteriosis) Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium fortuitum ini menginfeksi ikan di berbagai organ, seperti ginjal, limpa, hati, otot daging, dan mata. Penyakit ini banyak menginfeksi ikan hias, terutama jenis cupang dan beberapa golongan siklid. Pada ikan konsumsi, penyakit ini sering ditemukan pada ikan gurami, ikan mas, dan nila. Ikan yang terinfeksi menunjukkan gejala pendarahan di kulit. Pada infeksi lanjut, ikan yang terinfeksi menunjukkan adanya gejala tubercle atau granuloma berwarna putih kemerahan di bagian hati, ginjal, limpa, atau daging ikan. Gejala luar yang dapat diamati adalah mata menonjol (exopthalmos) atau perut menggembung. Jika perutnya dibedah, akan kelihatan tubercle berwarna putih kemerahan di bagian hati, ginjal, atau limpa. Penyakit ini relatif sulit ditanggulangi. Karena itu, jika ditemukan ikan yang terinfeksi penyakit tuberculosis, sebaiknya segera dimusnahkan dengan mengubur atau membakarnya.
d. Penyakit Akibat Infeksi Virus 1) Penyakit Lymfosistis (Lymphocyctis) Penyakit lymfosistis sering ditemukan pada ikan hias, terutama jenis siklid. Pengaruh virus ini tidak sampai menimbulkan kematian ikan dalam jumlah yang banyak. Dampak serangan penyakit ini hanya akan mempengaruhi penampilan ikan. Ikan yang terinfeksi menjadi tidak indah. Gejala klinisnya mudah dikenali, yaitu adanya bintil berwarna keputihan di bagian kulit atau pangkal sirip. Menanggulangi penyakit ini terbilang sulit, karena sampai saat ini belum ditemukan obat penangkalnya. Akibatnya, ikan yang terserang penyakit ini tidak dapat diobati, namun penyakit ini sangat jarang terjadi di Indonesia. 2) Penyakit Bunga Kol (Papilomatosis) Sama seperti penyakit lymfosistis, penyakit bunga kol juga tidak sampai menimbulkan kematian ikan dalam jumlah banyak. Namun, penyakit ini menyebabkan penurunan mutu atau penampilan ikan hias. Penyakit ini biasanya lebih sering terjadi pada ikan hias jenis sidat. Gejala klinis yang ditimbulkan penyakit ini adalah munculnya benda seperti bunga kol di mulut ikan hias. Menanggulangi penyakit ini cukup sulit. Salah satu usaha yang bisa dilakukan dengan cara pencegahan. Tindakan ini bisa dilakukan dengan memelihara kebersihan air, dan menjaga kebersihan wadah budi daya. 3) Penyakit Busuk Insang atau Koi Herpes Virus (KHV) Penyakit ini lebih banyak menyerang koi dan telah merugikan produksi koi di seluruh dunia. Di Indonesia, penyakit ini telah mewabah pada tahun 2003 dan mengakibatkan kerugian yang cukup banyak. Ikan yang terinfeksi KHV biasanya disertai dengan adanya jasad penginfeksi insang lain, yakni bakteri Fleksibacter Columnaris. Selain menyerang ikan hias, penyakit ini dapat menginfeksi ikan konsumsi dari jenis ikan mas.
1 comment:
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Penjelasan Judul
Karya Tulis ini berjudul Merawat Ikan Hias Agar Sehat dan Bermanfaat apabila kata-kata tersebut diuraikan dan diartikan satu persatu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, maka berarti:
Merawat berarti memeliharakan; menjaga; mengurus.
Ikan berarti binatang yang hidup di air dan bernapas menggunakan insang.
Hias berarti indah atau cantik.
Agar berarti supaya.
Sehat berarti keadaan tubuh segar tak terasa sakit apapun.
Dan berarti penghubung satuan ujaran (kata, frase, klausa, dan kalimat yang setara)
Bermanfaat berarti ada manfaatnya; berguna; berfaedah.
Apabila kata-kata tersebut digabungkan maka judul Karya Tulis ini berarti memeliharakan binatang yang hidup di air dan bernapas menggunakan insang serta indah (ikan hias) supaya keadaan tubuhnya tidak sakit dan ada manfaatnya.
B. Alasan Pemilihan Judul
Alasan Penulis memilih judul ini agar seluruh pembaca yang membaca Karya Tulis ini dapat mudah tertarik dan membaca isi dari Karya Tulis ini. Penulis juga memilih judul ini dikarenakan oleh beberapa sebab, contohnya: mengingat fungsi ikan hias untuk dinikmati keindahannya, maka pengelolaan kesehatannya sangat penting. Kondisi ikan hias yang tidak sehat atau sakit jelas akan berdampak pada keindahannya. Keindahan ikan hias akan berkurang, bahkan hilang sama sekali. Jika keadaan ini terjadi, nilai ekonominya pasti akan turun.
Jadi, Penulis akan memberikan informasi tentang penyakit pada ikan hias, penyebab penyakit tersebut, upaya pencegahan, dan langkah-langkah pengobatannya supaya pembaca dapat mengembalikan kondisi ikan hias yang seperti semula.
Dengan Penulis memilih judul ini, Penulis sangat berharap agar seluruh pembaca yang membaca Karya Tulis ini menjadi tertarik untuk selalu membacanya dan tidak bosan dengan Karya Tulis ini.
C. Langkah-langkah Penulisan
Pengumpulan data atau informasi memang sangat diperlukan sekali oleh Penulis dalam penyusunan Karya Tulis ini. Dengan adanya data-data atau informasi tersebut, maka Penulis dapat menjelaskan tentang suatu masalah dengan jelas dan lengkap. Oleh karena itu, untuk menjelaskan suatu masalah agar dapat menyusun Karya Tulis ini dengan baik, Penulis membaca dan mendapatkan data atau informasi dari studi pustaka. Penulis juga mencari data atau informasi menggunakan jasa pelayanan internet supaya Karya Tulis ini lebih baik dan lengkap.
BAB II
MERAWAT IKAN HIAS
AGAR SEHAT DAN BERMANFAAT
A. Pentingnya Kesehatan Ikan Hias
Kesehatan ikan hias sangat penting untuk diperhatikan. Dengan pengelolaan kesehatan yang benar, ikan hias yang dipelihara akan senantiasa sehat dan dapat dinikmati keindahannya. Sebaliknya, jika ikan hias mengalami gangguan kesehatan, untuk mengembalikan kondisinya seperti semula tidak memerlukan waktu dan dana yang sedikit.
1. Pengelolaan Kesehatan Ikan Hias
Untuk itu, agar ikan hias tidak mudah mengalami gangguan kesehatan, upaya pencegahan penting dilakukan sejak dini. Mencegah akan jauh lebih baik daripada mengobati. Upaya pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara merangsang timbulnya kekebalan tubuh pada ikan (immunostimulan) yang dapat dilakukan dengan memberikan vaksin pada ikan. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan menjaga wadah budidaya dan kualitas air. Jika kegiatan ini dilakukan, kesehatan ikan akan tetap terjaga. Dengan demikian, pencegahan penyakit praktis tidak memerlukan banyak waktu dan dana.
Upaya pengobatan biasanya tidak menyelesaikan masalah secara tuntas, karena upaya pengobatan tidak dapat menyelamatkan semua ikan yang terinfeksi oleh penyakit. Sementara itu, penggunaan obat secara terus menerus dapat berakibat buruk pada lingkungan hidup ikan dan tubuhnya. Selain itu, upaya pengobatan jelas membutuhkan biaya yang tidak sedikit karena harga untuk ikan yang ada di pasaran relatif tidak murah.
Kondisi ikan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu keadaan pada ikan yang tidak menunjukkan adanya kelainan, baik fisik maupun perilakunya. Penampilan fisik ikan yang sehat terlihat bugar dan sisiknya berwarna cerah. Sementara itu, perilakunya tampak gesit dan menunjukkan nafsu makan yang cukup tinggi.
Sebaliknya, ikan yang sakit menunjukkan suatu keadaan pada ikan yang sedang mengalami gangguan atau kelainan, baik fisik maupun perilakunya. Gangguan fisik dapat berupa luka akibat gesekan antar ikan, insang membusuk, dan sisik tampak kusam. Sementara itu, ciri kelainan pada perilaku, antara lain: ikan suka menyendiri, gerakannya lemah, cenderung berada di permukaan air, dan nafsu makannya menurun.
2. Gangguan Penyakit dan Gejalanya Pada Ikan Hias
Gangguan penyakit pada ikan hias dapat bersifat akut dan kronis. Akut berarti penyakit tersebut menunjukkan sifat serangan yang cepat dan serangannya cukup mematikan. Penyakit akut disebabkan oleh virus. Dampak dari serangan ini lebih banyak ditunjukan oleh adanya kelainan perilaku dibandingkan dengan kelainan pada penampilan fisik. Gangguan penyakit yang bersifat akut juga dapat disebabkan oleh perubahan lingkungan. Contohnya, perubahan suhu yang ekstrem, kurangnya kadar oksigen yang terlarut, pH yang terlalu tinggi, dan tingginya kandungan amonia di perairan. Sedangkan penyakit yang bersifat kronis biasanya ditunjukkan dengan sifat serangan yang lambat. Gejala penyakit atau kematian akan berlangsung secara perlahan dan meningkat dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Penyakit yang bersifat kronis ini disebabkan oleh penyakit infeksi, seperti parasit, bakteri, dan jamur. Namun, bisa juga disebabkan oleh pemberian pakan yang tidak tepat yang menyebabkan kekurangan protein.
Gejala ikan yang sedang sakit dapat diamati melalui perubahan yang terjadi pada ikan. Gejala yang berlaku secara umum dan terjadi hampir pada semua jenis ikan ini meliputi kelainan pada tubuh atau perilaku umum yang menunjukkan ikan menderita suatu penyakit.
Berikut ini beberapa gejala dan penyebab penyakit pada ikan.
No Gejala penyakit pada Ikan Penyebab
1. Kelainan pada tulang belakang (bengkok), scoliosis, lordosis Penyakit keturunan
Infeksi parasit
Infeksi bakteri atau virus
Kekurangan vitamin
2. Kelainan pada rahang atas atau bawah Infeksi parasit
Kelainan kelenjar tiroid
3. Perut gembung (dropsy) Bacterial Hemorrhagic Septicaemia
Viral Hemorrhagic Septicaemia
4. Rontok sirip Infeksi bakteri
Infeksi parasit
Sifat air terlalu basa
5. Sisik kasar Infeksi bakteri
Air terlalu asam
6. Ikan kurus Tuberkulosis
Infeksi parasit
7. Pendarahan (hemorrhage) Bekas infeksi parasit
Infeksi bakteri
8. Mata menonjol Infeksi bakteri Tuberkulosis
Infeksi virus
Infeksi cacing
9. Insang pucat Infeksi bakteri
Infeksi virus
10. Insang rontok Infeksi bakteri
Infeksi parasit
Kualitas air
11. Luka pada daging Infeksi bakteri
Infeksi parasit
12. Pendarahan dan bengkak pada anus Infeksi bakteri
Infeksi virus
Octomitus (patogen dari jenis protozoa)
13. Frekuensi pernapasan cepat Infeksi bakteri
Infeksi parasit
14. Tonjolan seperti bunga kol di rahang Infeksi virus
15. Tonjolan kecil di daerah dekat sirip Infeksi virus (Lymphocystis)
16. Tutup insang selalu terbuka Infeksi bakteri
Parasit Dactylogyrus
Cara lain untuk mengetahui kondisi ikan sakit dapat dilakukan dengan mengamati secara teratur berbagai perubahan yang terjadi di lingkungan perairan. Perubahan tersebut meliputi perubahan suhu dan kualitas air, seperti kekeruhan air. Semakin cepat perubahan tersebut teramati, tindakan tepat untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada ikan lebih cepat teratasi. Dengan demikian, ikan hias dapat tumbuh dan berkembang lebih baik. Untuk itu, ikan hias memerlukan faktor-faktor penunjang kesehatannya. Faktor-faktor inilah yang akan membuat ikan hias dapat bertahan hidup lebih lama.
3. Faktor-Faktor Penunjang Kesehatan Ikan Hias
Faktor-faktor penunjang kesehatan ikan hias merupakan bagian dari prinsip pengelolaan kesehatan ikan hias. Prinsip ini meliputi pengelolaan kebersihan wadah, pengelolaan kualitas air, pengelolaan pakan, dan pengaturan jumlah kepadatan ikan.
Secara umum, prinsip pengelolaan kesehatan ikan hias dapat diterapkan dengan cara sebagai berikut.
a. Menjaga kualitas air agar tetap pada kondisi prima, meliputi kandungan oksigen, pH, suhu, dan kesadahan (hardness).
b. Menjaga wadah budi daya ikan hias seperti kolam, bak, atau akuarium tetap bersih dan terawat.
c. Menghindari penggantian air yang mendadak, sebaiknya dilakukan secara bertahap dalam kurun waktu yang tidak terlalu singkat.
d. Menjaga tingkat kepadatan ikan atau supaya padat tebar supaya tidak terlalu tinggi.
e. Memberikan pakan dengan tepat, baik tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, maupun tepat ukuran.
f. Mengusahakan penanganan ikan secara hati-hati, baik waktu penangkapan,seleksi, pengangkutan, maupun penanganan pasca-angkut.
g. Memberikan rangsangan kekebalan tubuh pada ikan menggunakan vaksin.
B. Berbagai Faktor Penyebab Penyakit Pada Ikan Hias
Penyakit pada ikan hias dapat muncul akibat adanya faktor-faktor yang tidak sesuai dengan syarat hidup ikan. Jika hal ini tidak mendapat perhatian yang serius akan merugikan kesehatan ikan dan mengakibatkan kematian. Berbagai faktor penyebab penyakit pada ikan hias dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Padat Tebar Ikan Tinggi
Padat tebar tinggi secara tidak langsung akan menyebabkan penyakit karena resiko terjadinya gesekan antar ikan sangat tinggi. Gesekan ini menyebabkan ikan terluka. Sementara itu, luka pada ikan akan diikuti oleh tumbuhnya jamur. Gesekan antar ikan juga sering menyebabkan menularnya penyakit kulit. Penyakit kulit pada ikan penderita dapat menular dengan mudah ke ikan yang sehat. Akibatnya, ikan menjadi sakit dan kesehatannya terganggu.
Untuk menghindari terjadinya gesekan antar ikan, cara yang dapat dilakukan yaitu dengan mengatur jumlah kepadatan ikan dalam wadah pemeliharaan atau wadah budi daya. Sebagai pedoman, dapat digunakan beberapa batasan padat tebar sebagai berikut :
Volume Air dan Aerasi Cukup (liter) Ukuran Ikan (cm) Jumlah Ikan (ekor) Wadah
1 1 2-3 Akuarium
1 1 5 Bak tembok
1 2 1 Akuarium
1 2 2 Bak tembok
2 3 1 Akuarium
1 3 1 Bak tembok
5 4 1 Akuarium
2 4 1 Bak tembok
2 5 1 Akuarium
2 5 2 Bak tembok
4 5-8 1 Akuarium
2 5-8 1 Bak tembok
2. Pemberian Pakan Tidak Tepat
Secara tidak langsung, pemberian pakan yang tidak tepat dapat menyebabkan penyakit. Tanpa disadari, pemberian pakan yang terlalu banyak tidak sepenuhnya dimakan ikan. Akibatnya, sisa-sisa pakan mengendap di dasar perairan. Padahal jenis pakan seperti pelet, bila terlalu lama mengendap didasar perairan akan mengalami proses pembusukan oleh bakteri pengurai. Akibatnya, air menjadi keruh, daya ikat air terhadap oksigen berkurang dan kadar oksigen terlarut dalam air menurun. Sehingga ikan akan kesulitan bernapas.
Selain itu, pembusukan pelet didasar perairan akan menghasilkan bahan pencemar berupa zat amonia yang bersifat racun dan sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup ikan. Keadaan ini akan mempercepat timbulnya penyakit pada ikan dan pengaruh lainnya ikan bisa menjadi stres.
Pemberian pakan yang berlebihan juga menyebabkan ikan terus memakan makanannya sehinga jumlah kotoran yang dihasilkan (feces) bertambah banyak. Hal itu mengakibatkan perairan menjadi keruh dan meningkatkan kadar amonia dalam air. Akibatnya, seperti yang telah dijelaskan tadi, lama-lama ikan menjadi stres.
Pemberian pakan yang terlalu sedikit pun sebaiknya dihindari karena ikan menjadi agresif akibat kelaparan. Ikan yang lapar cenderung menyerang ikan lain.
3. Wadah Pemeliharaan Kotor
Wadah pemeliharaan yang kotor berpengaruh terhadap gangguan kesehatan ikan hias. Penyebab wadah kotor biasanya lumut yang tumbuh. Kondisi seperti ini, secara tidak langsung menjadi sumber penyakit karena lumut tempat bersarang patogen. Selain itu, lumut juga menyebabkan air cepat kotor sehingga kualitasnya menurun.
Membersihkan wadah pemeliharaan atau wadah budi daya sangat penting dilakukan untuk menunjang kondisi lingkungan yang ideal bagi kelangsungan hidup ikan. Dengan lingkungan yang sesuai, kesehatan ikan lebih terjaga.
a. Akuarium
Akuarium dibersihkan dengan cara menguras airnya. Pengurasan air bisa menggunakan gayung atau sifon (selang plastik penyedot air). Menguras air dengan menggunakan sifon lebih praktis dan efisien dibandingkan dengan gayung karena menguras air dengan penyifonan tidak banyak mengeluarkan tenaga dan tidak mengganggu ketenangan air sedangkan menguras dengan gayung banyak menimbulkan goyangan permukaan air yang mengganggu ikan.
Membersihkan akuarium juga bisa dilakukan dengan tidak mengosongkan airnya. Cara ini dilakukan dengan menggosok kotoran yang menempel di kaca menggunakan alat pembersih kaca bermagnet. Pembersihan dilakukan secara hati-hati agar tidak mengganggu aktivitas ikan dalam akuarium. Agar kualitas air tetap baik, sepertiga air akuarium dibuang dengan cara disifon. Setelah itu, ditambahkan air baru untuk menggantikan air yang dibuang tadi.
b. Kolam atau Bak
Sebaiknya, kolam atau bak dibersihkan jika sudah ditumbuhi lumut, air terlihat keruh, dan terdapat endapan lumpur di dasar perairan. Pembersihan kolam dapat dilakukan secara berkala. Rentang waktunya diatur dan disesuaikan dengan kondisi kejernihan air. Contohnya, seminggu sekali, sebulan sekali, atau tiga bulan sekali. Air kolam yang akan dibersihkan, dikuras terlebih dahulu.
Untuk membersihkan lumut, dasar dan dinding kolam disikat hingga bersih. Lumut harus dibersihkan agar tidak menjadi sarang patogen yang sering menjadi sumber penyakit ikan.
4. Kualitas Air Buruk
Sebagai media hidup bagi ikan fungsi air sangat vital. Karena itu, air harus terjaga dengan baik. Jika kualitas air tidak baik akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan ikan. Suhu air tidak sesuai, pH air yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, kesadahan air tidak tepat, dan banyaknya bahan pencemar yang masuk ke dalam wadah budidaya merupakan indikator kualitas air yang buruk.
Setiap ikan hias memerlukan kualitas air yang sesuai dengan karakternya. Beberapa ikan hias menyenangi air yang bersuhu hangat, yakni 26-27 oC. Contohnya, ikan jenis siklid, seperti louhan, manvis, dan discus; ikan hias jenis karper, seperti koi dan maskoki; serta ikan hias jenis lele-lelean. Sementara itu, jenis ikan hias lain menyenangi suhu yang lebih rendah daripada kisaran suhu yang diperlukan oleh jenis siklid.
5. Penanganan Ikan Kurang Baik
Penanganan ikan hias harus dilakukan secara hati-hati, karena ikan mudah stres. Penanganan ikan meliputi :
a. Penanganan Ikan Saat Ditangkap
Saat ditangkap, sebaiknya ikan tidak dibiarkan terlalu lama di luar air karena akan kekurangan oksigen. Meskipun hanya sebentar, perlakuan seperti ini cukup beresiko. Seringkali pembudidaya juga menggunakan alat penangkap ikan secara sembrono. Alat penangkap ini umumnya berupa seser atau scope net. Jika seser yang digunakan terbuat dari bahan nilon tipis, sangat beresiko melukai sisik ikan. Sisik akan terkelupas dan menimbulkan luka. Ikan yang terluka akan mudah terinfeksi bakteri dan jamur.
b. Penanganan Ikan Sebelum Diangkut
Penanganan ikan sebelum diangkut dilakukan dengan cara memberokkan ikan terlebih dahulu. Pemberokan dilakukan dengan cara membiarkan ikan di dalam air dan tidak memberinya makanan. Pemberokan sebaiknya dilakukan di air yang mengalir karena kesegarannya relatif lebih baik dibandingkan dengan air menggenang. Pemberokan bertujuan untuk mengurangi kotoran ikan saat pengangkutan. Kotoran ikan yang terlalu banyak dan terlalu lama mengendap akan membusuk sehingga menghasilkan zat amonia dan menyebabkan berkurangnya oksigen di dalam air. Jika keadaan ini terjadi, kesehatan ikan akan terganggu.
c. Penanganan Ikan Saat Diangkut
Suhu air untuk mengangkut ikan tidak boleh terlalu panas karena oksigen di dalam air cepat habis. Keadaan seperti ini akan mengganggu kesehatan ikan. Hal ini berlaku bagi semua jenis ikan. Suhu air ideal yang dibutuhkan saat pengangkutan sekitar 25 oC. Jika suhu air lebih tinggi dari 25 oC, proses metabolisme ikan menjadi lebih cepat sehingga oksigen cepat berkurang. Sebaiknya, kantung pengangkutan diisi oksigen terlebih dahulu agar selama pengangkutan ikan tidak kekurangan oksigen.
d. Penanganan Ikan Pasca-angkut
Salah faktor yang sering terabaikan oleh banyak orang adalah pasca-angkut. Penanganan pasca-angkut yang tidak tepat dapat membuat ikan stres. Sebab, ikan mengalami perubahan suhu yang ekstrem dari kondisi air semula. Penanganan pasca-angkut yang sering terabaikan adalah tidak adanya proses aklimatisasi ketika melepas ikan yang baru dating ke media pemeliharaannya yang baru. Padahal, proses aklimatisasi mutlak diperlukan untuk mencegah ikan stres.
Berikut ini beberapa tahap penanganan ikan pasca-angkut :
1) Penyesuaian suhu
Ikan yang masih ada dalam wadah angkut dibiarkan di atas permukaan air. Tujuannya untuk memberikan kesempatan pada ikan untuk menyesuaikan diri dengan suhu lingkungan yang baru.
2) Penyesuaian kualitas air
Penyesuaian kualitas air harus dilakukan untuk menjaga kelangsungan hidup ikan. Kualitas air di tempat asal ikan dan ditempat yang baru tentu tidak sama. Karena itu, proses penyesuaian terhadap kualitas air di tempat yang baru harus dilakukan dengan cara, setelah kantung plastik atau wadah angkut dibuka secara perlahan, sedikit demi sedikit air dari tempat yang baru dimasukkan ke dalam kantung plastik. Volume air dari tempat asal cukup setengah dari kantung plastik, sementara setengahnya lagi berasal dari tempat yang baru. Lebih banyak air yang ditambahkan dari tempat yang baru, kondisi airnya menjadi semakin baik. Perlakuan ini akan mempercepat proses adaptasi ikan terhadap kondisi air yang baru. Jika langkah di atas telah dilakukan, ikan sudah dapat dilepas ke tempat atau wadah yang baru.
C. Penyakit Pada Ikan Hias
Sesuai dengan sifatnya penyakit maka dapat digolongkan menjadi dua : penyakit infektif dan penyakit non-infektif. Penyakit infektif disebabkan suatu organisme hidup atau patogen. Organisasi patogen penyebab penyakit pada ikan dibagi menjadi empat kelompok besar, yakni parasit, jamur, bakteri, dan virus. Sedangkan penyakit non infektif adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan non patogen seperti nutrisi (makanan), kualitas air, bahan toksik, dan genetik.
1. Penyakit Infektif
a. Penyakit Akibat Infeksi Parasit
Parasit adalah organisme yang hidup menumpang pada organisme lain. Organisme ini mengambil bahan makanan dan energi dari organisme yang ditumpanginya (inang) untuk memenuhi kebutuhan metabolismenya. Inang akan sakit akibat pertumbuhannya terhambat oleh parasit.
Parasit pada ikan hias berupa organisme dari golongan protoza, sporoza, helmint, dan crustacea. Protozoa merupakan organisme bersel satu yang berkembang biak dengan cara membelah diri. Sporozoa merupakan organisme bersel satu, tetapi perkembangbiakannya dengan cara membentuk spora. Jika sudah menginfeksi ikan, kedua organisme ini cukup sulit dikendalikan karena proses perkembangbiakannya ini relatif cepat. Serangan penyakit ini akan cepat menjalar ke bagian tubuh lain atau menular pada ikan lain. Helmint merupakan organisme dari keluarga cacing. Helmint termasuk jenis hewan hermaprodit, sehingga penyebarannya di dalam inang tidak secepat protozoa dan sporozoa. Berikut ini beberapa penyakit akibat infeksi parasit :
1) Penyakit Bintik Putih (White Spot)
Penyakit yang sering disebut dengan white spot ini disebabkan oleh Ichthyophthirius multifiliis, yakni sejenis binatang renik bersel satu. Kasus infeksinya lebih sering terjadi jika padat tebar tinggi dengan suhu air rendah di bawah 25 oC. penyakit bintik putih dapat menginfeksi hampir segala jenis ikan hias air tawar, terutama botia, guppy, tetra, dan lele-lelean (catfish).
Beberapa gejala klinis awal yang timbul pada ikan yang terinfeksi adalah sering memisahkan diri dari kelompok, cenderung berenang dan berkumpul di saluran pemasukan air (inlet), dan mulai menggosokkan tubuhnya ke dasar wadah pemeliharaan. Gejala yang khas dari serangan penyakit ini adalah adanya bercakputih yang biasanya terdapat di kulit, sirip, dan insang. Karenanya, penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan penyakit bintik putih (white spot).
Penyakit bintik putih bisa menyebabkan kerusakan jaringan di tempat infeksi parasit, seperti kerusakan pada sel-sel lapisan luar kulit, sirip, dan insang. Padahal, fungsi lapisan sel tersebut adalah sebagai alat pertahanan tubuh ikan yang paling luar. Jika ini terjadi, ikan mudah terinfeksi bakteri, jamur, atau virus.
Penyakit ini dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan air dan wadah pemeliharaan serta mempertahankan suhu air pada kisaran 28-30 oC. secara teknis, pengobatan penyakit bintik putih dilakukan dengan cara merendam ikan yang sakit di dalam larutan formalin 25 ppm (25cc/1.000 liter) yang dicampur dengan Malachite Green Oxalate (MGO) 0,15mg/l selama 24 jam. Selain itu, perendaman juga dapat dilakukan dengan menggunakan larutan garam dapur dengan dosis 20.000-25.000 mg/l selama 15-30 menit. Cara ini dapat diulang maksimum hingga tiga kali ulangan.
2) Penyakit Trichodiniasis
Penyakit ini disebabkan oleh Trichodina sp. Parasit ini banyak menyerang ikan fase benih, terutama ketika ikan sedang dalam kondisi stres akibat kepadatan yang terlalu tinggi, penanganan yang kurang sempurna, dan pemberian pakan yang kurang tepat.
Parasit ini menginfeksi hampir semua jenis ikan hias. Pada infeksi ringan, parasit dalam tubuh ikan hanya sedikit dan pada kondisi seperti ini, penyakit ini tidak berbahaya. Namun, pada infeksi berat, jumlah parasit dalam tubuh ikan menjadi banyak. Pada kondisi seperti ini dapat menimbulkan kematian pada ikan.
Ikan yang terinfeksi biasanya menampakkan gejala menggosokkan tubuhnya ke dasar atau dinding wadah pemeliharaan. Ikan yang terinfeksi akan terkena iritasi akibat sel epitelnya (sel-sel terluar dari tubuh ikan) rusak. Akibatnya, ikan mudah terinfeksi penyakit lain, seperti jamur, bakteri, atau virus yang merupakan infeksi kedua. Jika menginfeksi insang, sel epitel insang ikan akan rusak, sehingga penyerapan oksigen akan terganggu. Sementara itu, dampak lain yang timbul pada ikan adalah produksi lender di bagian kulit dan insang akan berlebih.
Penyakit ini dapat dicegah dengan cara penanganan ikan secara tepat, seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara merendam ikan di dalam Acriflavin dosis 3 mg/l air selama 15-30 menit yang dilakukan dalam bak atau wadah penampungan. Secara umum, cara pengobatan yang diterapkan untuk mengatasi parasit Ichthyophthirius sp. Juga efektif untuk mengatasi infeksi penyakit Trichodiniasis.
3) Penyakit Tetrahymena
Penyakit tetrahymena disebabkan oleh tetrahymena pyriformis. Parasit ini dapat menginfeksi kulit dan sirip. Patogen ini menyerang dengan cara menempel di kulit atau insang ikan. Jika dilihat menggunakan mikroskop, bentuk organisme ini tampak seperti buah pir. Penyakit ini sebenarnya tidak begitu berbahaya. Namun, jika ikan sedang dalam kondisi sangat lemah, penyakit ini bisa menyebabkan kematian.
Ikan yang terinfeksi tetrahymena pyriformis akan menggosok-gosokkan tubuhnya ke dasar atau dinding wadah pemeliharaan. Ikan akan terlihat sering mengibas-ibaskan siripnya dan kulitnya menjadi lebih gelap. Jika menginfeksi insang, frekuensi bernapasnya bertambah cepat.
Penyakit ini bisa dicegah dengan menjaga kebersihan wadah pemeliharaan dan menjaga kualitas air. Ikan yang terinfeksi dapat diobati dengan cara merendamnya di dalam larutan Acriflavin dosis 3 mg/l air selama 15-30 menit.
4) Penyakit Costiasis
Penyakit ini disebabkan oleh Costia necatrix, berupa parasit yang mempunyai bulu cambuk sebagai alat geraknya. Jika dilihat menggunakan mikroskop, bentuknya seperti kacang kedelai. Dalam keadaan menempel di kulit akan terlihat seperti buah pir. Parasit ini akan menempelkan dirinya ke tubuh inang dan akan menghisap cairan tubuh ikan inang.
Intensitas serangan yang tinggi dapat mengakibatkan kematian 5-25% ikan hias selama empat minggu pertama. Intensitas serangan semakin menurun sejalan dengan umur ikan. Penyebabnya, semakin bertambah umur ikan, tingkat kekebalannya semakin meningkat.
Ikan yang berada di arus lemah lebih mudah terinfeksi parasit ini, karena dalam arus lemah parasit mudah menginfeksi ikan. Sebaliknya, parasit akan kesulitan menginfeksi ikan yang dipelihara di air yang berarus deras, sebab parasit akan terhalang oleh arus yang kuat. Umumnya ikan yang berukuran besar memiliki kekebalan yang cukup tinggi terhadap parasit jenis ini.
Ikan yang terinfeksi parasit Costia necatrix ini, cenderung akan menyendiri, warna kulitnya kusam; gerakannya mendadak, cepat, dan kurang seimbang sehingga terlihat seperti (flashing). Umumnya, flashing terlihat jelas dan kontras pada pagi atau sore hari. Gejala lainnya, ikan terlihat sering menggosokkan tubuhnya ke benda-benda keras yang ada di sekitarnya. Pada infeksi berat, ikan akan mengalami pendarahan dan luka di bagian kulit.
Pencegahan bisa dilakukan dengan cara menenmpatkan ikan di dalam media yang bersuhu 30 oC. pada suhu ini, metabolisme ikan berjalan cepat sehingga meningkatkan nafsu makannya. Akibatnya, ikan menjadi sehat dan tidak mudah terinfeksi parasit tersebut. Selain itu, pada suhu 30 oC aktivitas parasit akan menurun.
Ikan yang terinfeksi parasit ini bisa diobati dengan memberikan satu tetes iodine dari larutan stok untuk setiap 5 liter air. Larutan stok dibuat dari 0,5 mg iodine yang dilarutkan di dalam 100 ml air. Selain itu, pengobatan juga dapat dilakukan dengan merendam ikan didalam larutan Methylene Blue dosis 3 mg/l selama 24 jam, larutan formalin dosis 10-15 mg/l selama 24 jam atau lebih.
5) Penyakit Gembil (Myxoboliasis)
Penyakit gembil disebabkan oleh Myxobolus koi. Parasit ini sering menginfeksi ikan jenis koi maupun koki. Biasanya, parasit ini berupa bawaan kolam pendederan yang telah terinfeksi. Dalam kolam pendederan, parasit sudah berkembang menjadi stadium yang dapat menginfeksi ikan usia muda. Selain itu, terkait juga dengan umur ikan yang masih muda sehingga kekebalan tubuhnya masih rendah.
Infeksi penyakit gembil banyak terjadi pada ikan ukuran kecil. Parasit ini akan menginfeksi ikan ketika berbentuk spora atau sedang berada dalam fase perkembangan. Parasit ini menempatkan diri di dalam lembar insang dan dilapisi oleh jaringan pengikat sehingga membentuk kista (cyste).
Pada infeksi ringan, ikan menunjukkan gejala megap-megap. Pada infeksi berat, tampak bintil berwarna putih kemerahan yang banyak terdapat di insang, sehingga tutup insang akan selalu terbuka. Akibatnya, ikan akan kekurangan oksigen. Jika dibiarkan berlarut-larut, ikan akan mati. Kematian yang ditimbulkan bisa mencapai 90% dari populasi. Parasit ini sangat sulit diberantas menggunakan obat-obatan. Jadi, lebih baik mencegah infeksi parasit ini dengan menerapkan pengelolaan kesehatan ikan hias secara benar seperti yang telah diulas sebelumnya.
6) Penyakit Paser atau Anak Panah (Lernaeosis)
Penyakit ini disebut dengan paser atau anak panah karena bentuk parasitnya menyerupai anak panah yang menancap di tubuh ikan. Penyebab penyakit ini adalah Lernaea cyprinaceae. Ikan yang terinfeksi biasanya dari golongan guppy, koi, dan koki. Bagian tubuh ikan yang biasa terinfeksi adalah badan, tutup insang, dan pangkal sirip.
Parasit tersebut menginfeksi ikan dari stadium copepodid atau stadium perkembangan kedua dari siklus hidupnya. Sementara itu, tahapan perkembangan atau siklus hidup ikan adalah telur, nauplius, copepodid, hingga cylopodid. Cylopodid akan berkembang menjadi bentuk dewasa.
Gejala awal ikan yang terinfeksi parasit ini adalah menggosokkan tubuhnya bak atau akuarium. Jasad parasiter yang sudah dewasa akan menancap di bagian tubuh ikan menggunakan alat penempel berbentuk jangkar. Karena bentuk tubuhnya menyerupai cacing, parasit ini sering disebut dengan cacing jangkar (anchor worm).
Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air agar tetap bersih dan segar. Sedangkan pengobatannya dapat dilakukan dengan merendam ikan di dalam wadah penampungan menggunakan Fenthion dengan dosis 0,25 mg/l air selama 24 jam atau dengan menggunakan formalin dosis 25 mg/l air selama 12-24 jam. Namun, obat-obat tersebut hanya dapat membentuk parasit pada stadium awal.
7) Penyakit Kutu Ikan (argulosis)
Parasit ini dikenal sebagai penyakit kutu ikan (fish Lice). Kutu ini menyerang dengan cara menempel di kulit, tubuh, sirip, atau kornea mata. Ukuran parasit ini cukup besar sehingga dapat diamati dengan mata telanjang. Parasit ini tidak dapat hidup lama di luar tubuh inang. Pergerakannya sangat cepat karena didukung oleh alat gerak yang berbentuk seperti dayung.
Ikan yang sering terinfeksi parasit ini berasal dari golongan siklid, termasuk louhan, koi, dan koki. Ikan yang terinfeksi akan bergerak seperti kesakitan dan menggosokkan tubuhnya ke dinding kolam atau akuarium. Lambat laun ikan akan menunjukan gejala pendarahan di bagian kulit dan pangkal sirip, pada infeksi berat, bekas gigitan atau tusukan di bagian tubuh ikan yang terinfeksi akan ditumbuhi jamur. Jika ikan terinfeksi bakteri, akan timbul luka.
Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air. Contohnya, dengan mengurangi kadar bahan organik dalam air yang dipakai. Caranya, bisa dengan sedimentasi atau filterisasi. Perlakuan ini dilakukan jika air yang digunakan berasal dari sungai atau perairan umum lainnya.
Pengobatan dapat dilakukan dengan merendam ikan yang terinfeksi di dalam wadah penampung yang berisi larutan garam dapur 1,25% (1,25 gr/l) selama 10-15 menit. Selain itu dapat juga menggunakan larutan amonium klorida (NH4Cl) dengan dosis 1,5% dan lama perendaman 10-15 menit.
b. Penyakit Akibat Infeksi Jamur (Mycosis)
Beberapa jamur dapat menginfeksi ikan hias. Namun, sebenarnya ikan hanya dapat terinfeksi jamur jika penanganannya tidak tepat. Selain itu, jamur juga dapat menginfeksi okan jika air pemeliharaan yang digunakan tercemar bahan kimia atau pestisida. Bahan kimia ini mengakibatkan lendir dan kulit ikan terkikis atau iritasi sehingga kulitnya terluka.
Faktor lain yang menyebabkan infeksi jamur adalah perubahan suhu air yang mendadak atau ekstrem. Pada saat mendekati matang kelamin atau matang gonad, ikan juga mudah terinfeksi jamur. Keadaan ini bisa terjadi akibat adanya pengaruh hormonal. Penyakit akibat infeksi jamur yang akan diulas di bawah ini di antaranya saprolegniasis, achlyosis, dan aphanomycosis.
1) Saprolegniasis
Penyakit ini merupakan penyakit jamur pada ikan atau telur ikan yang disebabkan antara lain oleh jamur Achlya sp. dan saprolegnia sp. Pada umumnya jamur merupakan infeksi kedua pada ikan setelah penyakit primer yang menginfeksi berupa penyakit bakterial dan parasiter, selain itu infeksi jamur bisa juga terjadi pada ikan yang luka (stress fisik) karena penanganan kasar atau pengaruh kualitas air dan telur yang tidak dibuahi secara sempurna.
Tanda ikan yang terserang penyakit ini pada permukaan tubuh ikan dipenuhi dengan pertumbuhan benang-benang putih seperti kapas putih atau coklat yang tumbuh pada kulit, sirip, insang mata dan telur ikan sehingga ikan akan terlihat kusam dan kadang-kadang berwarna kecokelatan. Jamur akan tumbuh menempel pada jaringan otot dibawah kulit.
Pencegahan ditujukan untuk menghilangkan beberapa faktor penyebab infeksi jamur. Pencegahan dapat dilakukan dengan mempertahankan kualitas air dan melakukan penanganan ikan secara hati-hati. Selain itu, suhu air dinaikkan 18-30 oC atau mengganti air lama dengan air baru yang lebih segar.
Pengobatan dapat dilakukan dengan cara merendam ikan di dalam larutan kalium permanganat (PK) dosis 1gram/100 liter air selama 90 menit, Malachite Green Oxalat (MGO) dosis 0,15 mg/liter selama 24 jam, formalin 100-200 ml/m3 air selama 1-3 jam, garam dapur 10.000 mg/liter selam 20 menit.
2) Achlyosis
Penyakit ini disebabkan oleh Achlya sp. Hampir semua jenis ikan hias air tawar termasuk telurnya rawan terhadap penyakit ini. Beberapa faktor yang mendukung timbulnya penyakit ini adalah penanganan yang kurang baik, suhu, dan oksigen (O2) terlarut yang rendah, serta kualitas telur yang buruk. Penyebaran penyakit ini terjadi melalui penyebaran spora dalam air.
Kulit ikan akan terlihat kusam dan berwarna kecoklatan. Di bagian yang terinfeksi terlihat adanya benang-benang halus menyerupai kapas yang menempel di tubuh yang terluka yakni sekitar tutup insang dan di bagian pangkal sirip.
Pencegahan ditujukan untuk menghilangkan beberapa faktor penyebab infeksi jamur. Pencegahan dapat dilakukan dengan mempertahankan kualitas air dan melakukan penanganan ikan secara hati-hati. Selain itu, suhu air dinaikkan 18-30 oC atau mengganti air lama dengan air baru yang lebih segar.
Pengobatan dapat dilakukan dengan cara merendam ikan di dalam larutan kalium permanganat (PK) dosis 1gram/100 liter air selama 90 menit, Malachite Green Oxalat (MGO) dosis 0,15 mg/liter selama 24 jam, formalin 100-200 ml/m3 air selama 1-3 jam, garam dapur 10.000 mg/liter selam 20 menit.
3) Aphanomicosis atau Epizootic Ulcerative Syndrom (EUS)
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Aphanomyces invadans, yakni patogen utama penyebab luka atau borok serius pada beberapa jenis ikan. Aphanomyces invadans, termasuk golongan Oomycetes dan merupakan jenis patogen obligat atau hanya dapat hidup dari tubuh inang. Penyakit ini terutama menyerang ikan hias jenis lele-lelean (cat fish), siklid, koi, dan koki.
Secara kasat mata, penyakit ini ditandai adanya luka di bagian kulit. Luka tersebut berkembang menjadi borok yang melebar. Gejala lain, adanya kerusakan jaringan lebih lanjut yang ditunjukkan dengan adanya bintil-bintil kecil (granuloma) berwarna putih kemerahan.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan wadah budi daya atau wadah pemeliharaan. Contohnya, melakukan pengeringan, pengapuran, dan desinfeksi. Cara ini lebih efektif untuk mencegah serangan penyakit jamur.
Pengobatan dapat dilakukan dengan cara merendam ikan di dalam larutan kalium permanganat (PK) dosis 1gram/100 liter air selama 90 menit, Malachite Green Oxalat (MGO) dosis 0,15 mg/liter selama 24 jam, formalin 100-200 ml/m3 air selama 1-3 jam, garam dapur 10.000 mg/liter selam 20 menit.
c. Penyakit Akibat Infeksi Bakteri
Penyakit bakteri sering menjadi penyebab kematian ikan. Penyakit ini sangat berbahaya karena sering mengakibatkan tingginya angka kegagalan dalam usaha budi daya ikan, termasuk ikan hias. Apalagi, jika ikan yang dibudidayakan menggunakan air dari sumber perairan yang banyak mengandung bahan organik tinggi.
Secara umum, gejala akibat infeksi bakteri pada ikan dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Peracute, ikan mengalami kematian tanpa menunjukkan gejala yang jelas.
2. Acute, ikan yang terinfeksi menunjukkan gejala klinis terutama pendarahan di bagian insang, anus, organ dalam, pangkal sirip, dan gembung perut.
3. Sub-acute, ikan yang terinfeksi mengalami gejala ringan seperti luka pada kulit.
4. Chronic, ikan yang terinfeksi mengalami gejala di bagian luar (eksternal) umumnya berupa borok. Sementara itu, di bagian dalam (internal) seperti infeksi Mycobacterium sp. dapat dijumpai binti-bintil kecil berwarna putih yang sering disebut dengan tubercle atau granuloma.
Beberapa jenis penyakit akibat infeksi bakteri di antaranya berikut ini.
1) Penyakit Columnaris
Penyakit columnaris disebabkan oleh bakteri dari golongan Mycobacteria. Salah satu spesies yang sering menginfeksi ikan hias air tawar adalah Flexibacter columnaris. Hampir semua jenis ikan hias dapat terinfeksi penyakit ini. Penyakit ini biasa menyerang ikan yang sedang stres akibat perubahan suhu yang mendadak. Suhu air ideal untuk menghindari infeksi penyakit ini adalah 27-30 oC.
Ikan yang terinfeksi penyakit ini menunjukkan gejala luka di bagian kulit. Pada awalnya, luka di kulit berwarna pucat keputihan, lalu berkembang menjadi borok yang dalam. Warna ikan secara perlahan berubah menjadi lebih gelap, gerakannya lamban, dan akhirnya mati. Jika bakteri tersebut menginfeksi bagian insang, produksi lendir insang biasanya akan bertambah. Jika terus berlanjut, insang akan rontok. Selain itu, bakteri ini bisa juga merontokkan sirip ikan.
Pencegahan terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan cara mempertahankan kualitas air agar tetap baik, menerapkan sanitasi wadah pemeliharaan, dan memberikan pakan yang tepat. Selain itu, perlu dilakukan aklimatisasi dan karantina ikan terhadap setiap ikan yang baru datang.
Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa antibiotic, di antaranya Oxytetracyclin Hydrochlorid 5-10 mg/l air dengan cara merandamnya selama 24 jam. Selain itu, bisa menggunakan Enrofloxacin (Baytril) dosis 8-10 ml/m3 air dengan cara merendamnya selama 24 jam.
2) Penyakit Merah
Bakteri Aeromonas hydrophila dan Pseudomonas sp. merupakan bakteri yang sering menginfeksi ikan hias air tawar. Hampir semua jenis ikan hias, terutama ikan hias air tawar dapat terinfeksi bakteri ini.
Umumnya, penyakit ini hanya muncul jika penanganan ikan tidak tepat. Contoh penanganan yang tidak tepat antara lain : pemberian pakan terlalau banyak, kepadatan ikan terlalu tinggi, kualitas air kolam terlalu subur akibat banyaknya kandungan bahan organik, serta rendahnya kandungan zat asam. Banyaknya kandungan bahan organik sangat disukai bakteri.
Warna ikan yang terserang penyakit ini menjadi lebih gelap, nafsu makan hilang, serta ikan lebih senang bergerombol di dekat saluran pembuangan. Selain itu, produksi lendir bertambah, tetapi lambat laun akan berkurang sehingga kulit ikan akan terasa kesat. Pendarahan timbul di bagian kulit dan pangkal sirip sehingga tubuh ikan menjadi kemerahan.
Gejala pada infeksi lanjut akan timbul luka di bagian tubuh ikan. Jika ikan yang terinfeksi dibedah, akan terlihat pendarahan di bagian organ dalam, seperti hati, ginjal, limpa, dan gelembung renang. Selain itu, hati ikan tampak pucat.
Pencegahan dapat dilakukan dengan menerapkan pengelolaan budi daya secara baik, mengurangi kesuburan air kolam atau bak, menjaga kebersihan kolam atau bak, dan memberi pakan secara tepat.
Pengobatan dapat dilakukan menggunakan antibiotik, baik melalui suntikan, makanan, atau perendaman. Induk ikan yang ukurannya besar disuntik menggunakan Oxytetracyclin HCl 25-30 mg/kg ikan, diberikan sebanyak 3 kali penyuntikan dengan interval waktu 3 hari sekali. Pemberian antibiotik melalui pakan menggunakan obat yang sama dan dosisnya 50 mg/kg ikan, diberikan selama 7-10 hari berturut-turut. Perendaman juga dapat dilakukan dengan Oxytetracyclin HCl dosis 5-10mg/l air selama 1 hari.
3) Penyakit Tuberkulosis (Mycobacteriosis)
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium fortuitum ini menginfeksi ikan di berbagai organ, seperti ginjal, limpa, hati, otot daging, dan mata. Penyakit ini banyak menginfeksi ikan hias, terutama jenis cupang dan beberapa golongan siklid. Pada ikan konsumsi, penyakit ini sering ditemukan pada ikan gurami, ikan mas, dan nila.
Ikan yang terinfeksi menunjukkan gejala pendarahan di kulit. Pada infeksi lanjut, ikan yang terinfeksi menunjukkan adanya gejala tubercle atau granuloma berwarna putih kemerahan di bagian hati, ginjal, limpa, atau daging ikan.
Gejala luar yang dapat diamati adalah mata menonjol (exopthalmos) atau perut menggembung. Jika perutnya dibedah, akan kelihatan tubercle berwarna putih kemerahan di bagian hati, ginjal, atau limpa.
Penyakit ini relatif sulit ditanggulangi. Karena itu, jika ditemukan ikan yang terinfeksi penyakit tuberculosis, sebaiknya segera dimusnahkan dengan mengubur atau membakarnya.
d. Penyakit Akibat Infeksi Virus
1) Penyakit Lymfosistis (Lymphocyctis)
Penyakit lymfosistis sering ditemukan pada ikan hias, terutama jenis siklid. Pengaruh virus ini tidak sampai menimbulkan kematian ikan dalam jumlah yang banyak. Dampak serangan penyakit ini hanya akan mempengaruhi penampilan ikan. Ikan yang terinfeksi menjadi tidak indah.
Gejala klinisnya mudah dikenali, yaitu adanya bintil berwarna keputihan di bagian kulit atau pangkal sirip. Menanggulangi penyakit ini terbilang sulit, karena sampai saat ini belum ditemukan obat penangkalnya. Akibatnya, ikan yang terserang penyakit ini tidak dapat diobati, namun penyakit ini sangat jarang terjadi di Indonesia.
2) Penyakit Bunga Kol (Papilomatosis)
Sama seperti penyakit lymfosistis, penyakit bunga kol juga tidak sampai menimbulkan kematian ikan dalam jumlah banyak. Namun, penyakit ini menyebabkan penurunan mutu atau penampilan ikan hias. Penyakit ini biasanya lebih sering terjadi pada ikan hias jenis sidat.
Gejala klinis yang ditimbulkan penyakit ini adalah munculnya benda seperti bunga kol di mulut ikan hias. Menanggulangi penyakit ini cukup sulit. Salah satu usaha yang bisa dilakukan dengan cara pencegahan. Tindakan ini bisa dilakukan dengan memelihara kebersihan air, dan menjaga kebersihan wadah budi daya.
3) Penyakit Busuk Insang atau Koi Herpes Virus (KHV)
Penyakit ini lebih banyak menyerang koi dan telah merugikan produksi koi di seluruh dunia. Di Indonesia, penyakit ini telah mewabah pada tahun 2003 dan mengakibatkan kerugian yang cukup banyak. Ikan yang terinfeksi KHV biasanya disertai dengan adanya jasad penginfeksi insang lain, yakni bakteri Fleksibacter Columnaris. Selain menyerang ikan hias, penyakit ini dapat menginfeksi ikan konsumsi dari jenis ikan mas.
Post a Comment